MENU
|
|
Jenis | : |
KKM
|
Judul | : |
TOXIC MASCULINITY DALAM IKLAN L-MEN (ANALISIS SEMIOTIK ROLAND BARTHES PADA IKLAN L-MEN VERSI ALBERN SULTAN)
|
Subjek | : |
Iklan, Hegemoni, Maskulinitas, Toxic Masculinity, L-Men.
|
Pengarang | : |
Fildzha Rani Nuryaningtyas, F1A016064
|
Pembimbing | : |
Hendri Restuadhi, Arizal Mutahir
|
Prodi | : |
SOSIOLOGI
|
Tahun | : |
2020
|
Call Number | : |
KKM/SOS.1158 F t
|
Perpustakaan | : |
FISIP
|
Letak | : |
1 eksemplar di FISIP
|
|
Abstrak :
Iklan pada masa ini tidak hanya berfungsi sebagai media promosi, penyampaian pesan tentang produk, namun lebih berperan jauh sebagai pembentuk realitas. Realitas yang sering dikonstruksi melalui iklan adalah stereotip gender. Konstruksi gender dalam iklan televisi sebagai maskulinitas (kelaki-lakian) dan femininitas (keperempuanan. Hal yang direpresentasikan, misalnya, laki-laki kuat, perempuan lemah; laki-laki rasional, perempuan emosional. Seiring perkembangan masa, nilai maskulinitas kian marak diangkat menjadi ide sebuah iklan. Maskulinitas dirasa memiliki kelebihan untuk menaikkan penjualan suatu produk, salah satu produk yang selalu mengangkat isu maskulinitas adalah L-Men. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk toxic masculinity yang direpresentasikan dalam iklan L-Men 2GoGainMass 2018 versi Albern Sultan. Penelitian ini merupakan peneltian kualitatif yang menggunakan teknik dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengmpulan data dilakukan dengan memahami jalan cerita iklan, menyusun kategorisasi dan menyusun draft laporan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk toxic masculinity yang direpresentasikan dalam iklan L-Men lebih mengarah kepada konsep maskulinitas baru. Maskulinitas baru adalah laki-laki metroseksual yang memiliki penghasilan tinggi dan gaya hidup mewah. L-Men berusaha menyeragamkan imaji maskulinitas bahwa selain memiliki tubuh atletis, laki-laki juga harus memiliki wajah tampan dan terawat, serta penghasilan tinggi untuk menunjang gaya hidup mewah. Hegemoni yang dilakukan oleh L-Men mengenai maskulinitas, menjadi sebuah toxic karena laki-laki dituntut untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh produsen jika ingin menjadipria maskulin. ketika seorang pria tidak mampu mencapai standar yang dibangun oleh iklan maka akan timbul ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan berkurangnya tingkat kepercayaan diri. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa mitos dominan toxic masculinity yang direpresentasikan oleh L-Men memiliki dua garis besar. Pertama, pria maskulin adalah laki-laki metroseksual bertubuh atletis dan berwajah tampan (mulus). Kedua, pria maskulin adalah laki laki yang dominan atas kekayaan materi dan pekerjaan. Rekomendasi dari penelitian ini yaitu, diharapkan dapat memberikan gambaran serta sumbangsih pengetahuan bagi kalangan akademisi, aktivis dan masyarkat.
|
Kembali
|