Selamat Datang Di OPAC Perpustakaan Unsoed

Melayani Dengan Hati Mengantar ke Prestasi


MENU
Judul : Transer Gen β-1,3-glucanase dari jamur Trichoderma asperillum pada kalus abaka untuk ketahanan terhadap penyakit layu fusarium
Subjek : hama penyakit, jamur patogen
Pengarang : Rully Dyah Purwanti dan Liliek Sulistyowati
Sumber : Jurnal Penelitian tanaman industri (industrial crops research journal)
Volume : 18
No : 1
Perpustakaan : pertanian
Abstrak : Kendala utama dalam budidaya tanaman abaka (Musa terrilis Nee.) adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc). Upaya, perbaikan sifat ketahanan tanaman abaka melalui penilangan sulit dilakukan karena keragaman genetiknya sempit akibat pola perbanyakan secara vegetatif yang terus-menerus. Transformasi gen ketahanan β-1|,3-Glucanase merupakan salah satu altematif untuk memperbaiki sifat ketahanan tanaman dengan bantuan vektor Agrobacterium tumefaciens. Gen β-1,3-Glucanase diisolasi dari jamur endofit Trichoderma asperillum yang diketahui antagonis terhadap Fusarium oxisporum. Penelitian bertujuan untuk mengintroduksi gen β-1,3-Glucanase pada tanaman abaka, sebagai tahap awal untuk memperoleh tanaman abaka tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dan laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, mulai Juni 2007 sampai dengan Mei 2009. Penelitian terdiri atas tiga tahap sebagai berikut: transfer gen β,i-3-Glucanase pada kalus abaka embriogenik, regenerasi tunas dan planlet abaka transforman, dan konfirmasi planlet abaka transforman yang
mengandung gen Gus dan β-1,3-Glucanase. Transfer gen dilakukan melalui vektor A. tumefaciens strain LBA4404 yang mengandung plasmid pB2GW7 berisi gen-gen β-1,3-Glucanase, Gus (β-glucuronidase) sebagai gen pelapor dan Bar (Basta resistance) sebagai gen penyeleksi. Kalus abaka klon UB-13 embriogenik berukuran 3 x 3 x 3 mm³ direndam dalam suspensi A. tumefaciens, kernudian ditanam pada media kokultivasi selama 2 hari. Setelah kokultivasi, kalus dipindahkan ke media MS cair+Timentin 100 ppm selama 2 minggu Selanjutnya kalus dipindahkan ke media induksi kalus (MK) yaitu MS + BAP 5 mg/l + Thidiazuron 0,4 mg/l + vitamin C 100 mg/l + Basta 50 ppm + Timentin 100 ppm. Regenerasi tunas dilakukan dengan memindahkan kalus transforman ke media induksi tunas (MT): MS+BAP 0,5 mg/l + vitamin C 100 mg/l dengan penambahan dan tanpa Timentin 100 ppm Tunas transforman dengan tinggi 2-3 cm dipindahkan ke dalam media induksi akar (MA) : MS + arang aktif 2 g/l dengan penambahan dan tanpa Timentin 50 ppm. Keberadaan gen Gus dideteksi dengan reaksi histokimia, dan konfirmasi keberadaan gen β-1,3-Glucanase dilakukan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Dari penelitian berhasil diperoleh 2% kalus transforman yang lolos seleksi Basta. Hasil konfirmasi keberadaan gen Gzs pada planlet transforman menunjukkan 9 dari 2O (45%) planlet yang diuji, positif mengandmg gen Gus. Konfirmasi keberadaan gen β-1,3-Glucanase dengan PCR menunjukkan hanya 2 dari 20 planlet transforman, positif mengandung β-1,3-Glucanase. Pengujian ketahanan dari plantlet transgenik tersebut perlu dilakukan terhadap Fusarium oxisporum f.sp cubense (Foc).