Selamat Datang Di OPAC Perpustakaan Unsoed

Melayani Dengan Hati Mengantar ke Prestasi


MENU
Jenis : KKM
Judul : “Kajian Teknik Budidaya dan Aplikasi Metabolik Sekunder Jamur Entomopatogen terhadap Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta) dan Musuh Alaminya pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Subjek : Padi : jamur entomopatogen, teknik budidaya, tanaman padi
Pengarang : EFFENDI, Arfian Putra
Pembimbing : 1. Endang Warih Minarni 2. Nurtiati
Prodi : AGROTEKNOLOGI
Tahun : 2019
Call Number : 632.727 EFF k
Perpustakaan : Fakultas Pertanian
Letak : 1 eksemplar di Skripsi
Abstrak :
Walang sangit (Leptocorisa oratorius) merupakan hama utama pada tanaman padi yang sangat merusak dan menyebabkan petani kehilangan hasil panen antara 50 persen hingga 80 persen. Petani di Indonesia cenderung lebih memilih untuk menerapkan sistem budidaya konvensional dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia untuk mengatasi serangan walang sangit serta memperkecil kerugian ekonomi usaha tani. Alternatif pengendalian yang tepat dan aman untuk mengatasi hama tanaman padi salah satunya yaitu pemanfaatan metabolit sekunder yang jamur entomopatogen yang merupakan alternatif pengendalian yang aman. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Oleh karena itu dilakukan pengendalian menggunakan metabolit sekunder jamur entomopatogen yang tersarang di dalam teknik budidaya SRI dan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan bagaimana pengaruh aplikasi metabolit sekunder jamur entomopatogen yang tersarang di dalam teknik budidaya terhadap intensitas serangan dan populasi hama walang sangit (Leptocorisa acuta).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan lahan sawah di Desa Brobot, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Tersarang. Perlakuan yang diujikan adalah teknik budidaya sebagai faktor sarang yang teridiri dari teknik budidaya Konvensional, SRI, dan Organik, sedangkan perlakuan yang menjadi faktor tersarang adalah metabolit sekunder jamur entomopatogen isolat asal Cipete, Papringan, Pasir Kulon, dan Kalisalak dengan konsentrasi 10 persen, masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Variabel yang diamati meliputi: (1) populasi hama walang sangit, (2) populasi musuh alami, dan (3) intensitas serangan hama walang sangit. Pengamatan populasi hama dan predator dengan menggunakan pengamatan visual, yaitu dengan melihat pada setiap petak populasi hama dan predator. Pengamatan intensitas serangan dilakukan pada tanaman padi fase vegetatif dan generatif. Persentase gejala serangan hama walang sangit (Leptocorisa acuta) pada fase generatif dapat dilihat dari perbandingan malai yang sakit dan jumlah total malai dalam satu rumpun padi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perlakuan terbaik yang mampu menekan populasi hama walang sangit (L. acuta) adalah perlakuan perlakuan metabolit sekunder isolat jamur asal Desa Papringan dan Desa Pasir Kulon yang tersarang di dalam teknik budidaya SRI dimana tidak ditemukannya hama walang sangit pada setiap pengamatan, serta perlakuan terbaik yang mampu menekan intensitas serangan walang sangit (L. acuta) adalah perlakuan metabolit sekunder isolat jamur asal Desa Cipete dan Desa Pasir Kulon yang tersarang di dalam teknik budidaya organik dimana tidak ditemukannya tanaman padi yang terserang hama walang sangit. (2) metabolit sekunder dengan teknik budidaya SRI maupun Organik tidak mempengaruhi populasi musuh alami Lycosa sp., Oxyopes sp., Argiope sp., Atypena sp., Tetrahnatha sp., Paederus sp., Coccinella sp., dan Ophionea
Kembali