MENU
|
|
Jenis | : |
KKM
|
Judul | : |
Analisis komparatif finansial antara sistem SLPHT dengan konvensional pada usahatani kentang (Studi kasus di desen Bambangan desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)
|
Subjek | : |
Usahatani : Kentang, Finansial
|
Pengarang | : |
PUSPITA, Yusuf Adri
|
Pembimbing | : |
1. Teguh Djuharyanto
2. Endang Sriningsih
|
Prodi | : |
Agribisnis
|
Tahun | : |
2015
|
Call Number | : |
338.434 PUS a
|
Perpustakaan | : |
Fakultas Pertanian
|
Letak | : |
1 eksemplar di Skripsi
|
|
Abstrak :
Kentang (Solanumru berosum L) merupakan tanaman pangan yang bernilai ekonomi tinggi yang dapat mendatangkan keuntungan bagi pengusaha industri makanan olahan, pedagang, dan petani yang membudidayakan. Salah satu wilayah yang cocok untuk pengembangan usahatani sayuran di Kabupaten Purbalingga adalah Dusun Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja. Produktivitas kentang di wilayah tersebut rata-rata sebesar 187,68 kuintal per hektar. Luas panen sebesar 202 hektar dan total produksi kentang sebanyak 3791,10 ton selama 1 musim tanam. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan besarnya biaya usahatani, penerimaan usahatani, dan keuntungan usahatani kentang antara sistem SLPHT dengan konvensional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2013 di Dusun Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja, dengan menggunakan rancangan Stratified Random Sampling,di dapat 32 (16 petani sistem SLPHT yaitu strata I 4, strata II 4, strata III 8 sedangkan 16 petani sistem konvensional yaitu strata I 6, strata II 5, strata III 5 ) dari 160 petani. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis biaya dan pendapatan, analisis kelayakan usahatani, dan analisis varians dengan uji beda t.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : Besarnya biaya rata-rata pada usahatani kentang sistem SLPHT sebesar Rp54.898.653,00, sedangkan pada usahatani sistem konvensional sebesar Rp48.414.814,00. Biaya usahatani kentang pada system SLPHT lebih besar 1,1 kali dari pada sistem konvensional. Besarnya Penerimaan rata-rata pada usahatani kentang sistem SLPHT sebesar Rp86.016.139,00, sedangkan pada usahatani sistem konvensional Rp94.906.581,00. Penerimaan usahatani kentang pada sistem SLPHT lebih kecil
1,2 kali dari pada sistem konvensional. Besarnya keuntungan rata-rata pada usahatani kentang sistem SLPHT sebesar Rp31.117.486,00, sedangkan pada usahatani sistem konvensional Rp46.491.767,00. Keuntungan usahatani kentang pada sistem konvensional lebih besar 1,2 kali dari pada sistem SLPHT. Dilihat dari segi ekonomi usahatani kentang sistem konvensional lebih menguntungkan akan tetapi sistem SLPHT sangat memberikan dampak yang positif pada usahatani ketang karena sistem SLPHT program dimana mengurangi dapak dari penggunaan pestisida yang berlebih.
|
Kembali
|