MENU
|
|
Jenis | : |
KKM
|
Judul | : |
Analisis Kinerja Sub Terminal Agribisnis Kutabawa (Kasus pada Pemasaran Sayuran Bawang Daun, Petsai dan Caisim di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga
|
Subjek | : |
Pemasaran : Produk pertanian, sayuran, sub terminal agribisnis
|
Pengarang | : |
KHOMSIAH
|
Pembimbing | : |
1. Alpha Nadeira M
2. Indah Widyarini
|
Prodi | : |
AGRIBISNIS
|
Tahun | : |
2019
|
Call Number | : |
635.3 KHO a
|
Perpustakaan | : |
Fakultas Pertanian
|
Letak | : |
1 eksemplar di Skripsi
|
|
Abstrak :
Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. STA Kutabawa merupakan pasar yang didirikan oleh pemerintah daerah Purbalingga untuk memfasilitasi pemasaran komoditas pertanian di Desa Kutabawa dan sekitarnya. Meskipun STA telah beroperasi cukup lama namun di Desa Kutabawa masih terdapat lembaga pemasaran tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa petani di desa ini belum seluruhnya menggunakan STA sebagai sarana memasarkan hasil pertaniannya. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis kinerja Sub Terminal Agribisnis Kutabawa dan 2) Menganalisis peluang pilihan petani dalam memilih kelembagaan pemasaran beserta alasannya.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian dilaksanakan di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga pada bulan April 2019. Pengambilan sampel petani sebanyak 56 orang diperoleh menggunakan metode simple random sampling dan lembaga pemasaran sebanyak 37 orang diperoleh menggunakan metode snow ball sampling. Metode analisis kinerja STA yang digunakan yaitu saluran pemasaran, marjin pemasaran, farmer’s share rasio keuntungan terhadap biaya serta peluang pilihan kelembagaan pemasaran menggunakan binary logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kinerja Sub Terminal Agribisnis Kutabawa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan marjin pemasaran, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pada setiap saluran pemasaran yang melalui STA Kutabawa dan kelembagaan tradisional. Saluran pemasaran yang melalui STA Kutabawa lebih efisien dari kelembagaan tradisional, karena memiliki marjin pemasaran yang lebih rendah, bagian harga yang diterima petani lebih tinggi dan setiap lembaga pemasaran memperoleh keuntungan dari biaya pemasaran yang dikeluarkan. 2) Peluang dipilihnya kelembagaan pemasaran dipengaruhi oleh cara pembayaran, volume penjualan, jarak lahan ke STA dan kepemilikan kendaraan. Peluang petani yang menginginkan hasil panen dibayar langsung, jumlah hasil panen kurang dari sama dengan 140 kilogram, jarak lahan kurang dari dua kilometer dan memiliki kendaraan cenderung memilih menjual langsung ke STA Kutabawa.
|
Kembali
|