MENU
|
|
Jenis | : |
KKM
|
Judul | : |
Resistensi Masyarakat Desa Sumber Terhadap Pembangunan Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ)
|
Subjek | : |
|
Pengarang | : |
Agung Senjoyo, F1D0140345
|
Prodi | : |
ILMU POLITIK
|
Tahun | : |
2020
|
Call Number | : |
KKM/POL652 A r
|
Perpustakaan | : |
FISIP
|
Letak | : |
1 eksemplar di FISIP
|
|
Abstrak :
Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa pendirian pabrik di lahan pertanian produktif di Desa Sumber, merupakan sebuah bentuk represifitas. Pabrik yang mengatasnamakan proyek nasional inilah yang akan menghilangkan daya dukung imbuhan airtanah karena keberadaannya di CAT Randublatung. Nasib pertanian yang bergantung kepada ketersediaan airtanah menjadi pertaruhan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis bagaimana bentuk dan proses-proses resistensidari masyarakat Desa Sumber yang ditempuh terhadap pendirian pembangunan Proyek Pengembangan Gas Jawa (PPGJ) di Desa Sumber Kabupaten Blora. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme dan pendekatan studi kasus. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis kualitatif deskriptif, dalam model analisis interaktif Miles dan Hubermas. Untuk itu,berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasilnya adalah dimana setiap semua tindakan para anggota kelas masyarakat yang rendah dengan maksud melunakkan atau menolak tuntutan-tuntutan yang dikenakan pada kelas mereka. Hal ini dapat dilihat dari berubahnya perspektif masyarakat Desa Sumber terhadap proyek nasional menjadi sebuah resistensi, ketika kepentingan kapitalisme lebih di utamakan dalam dalih sistem pembangunan sosial. Perlawanan berbasis pada resistensi terbuka dan resistensi terselubung, menjadi dimensi pertarungan kepentingan vis-a-vis negara. Resistensi terbuka dilakukan dengan cara berserikat membuat Tim 9 dan Serikat Petani Blora Selatan, audiensi, resistensi berbasis simbol budaya, pemasangan alat peraga propaganda seperti plang, banner, poster, stensil, pers realese baik cetak maupun online, dan demonstrasi. Sedangkan resistensi terselubung seperti memasukkan agenda resistensi ke dalam rapat P3A Dharma Tirta Sumur Pompa PWJ, beserta kegiatan rasan-rasan. Sedangkan untuk proses resistensi dari masyarakat Desa Sumber, pada tahap Coalescenetelah terjadi Decline. Artinya, resistensi dari masyarakat Desa Sumber dapat dikatakan mengalami kemunduran ketika terdapat kesempatan politik. Kemunduran dalam aktivitas gerakan sosial dapat dikategorikan ke dalam bentuk keberhasilan dan kegagalan. Keberhasilannya dapat dilihat dari isu airtanah dan tenaga kerja menyatukan kelas sosial masyarakat, sehingga resistensi berhasil memobilisasi dan mengakomodasi berbagai perbedaan kepentingan. Selain itu, resistensi terhadap isu tersebut membuahkan sebuah formulasi kebijakan dari PT. Pertamina-EP untuk merobohkan rig yang telah berdiri sebelum pada waktunya, membeli airtanah dari Koperasi P3A Dharma Tirta, dan mengadakan pelatihan kerja untuk Bagian Operasional dan Perawatan yang diperuntukan untuk kalangan pemilik lahan (16%), non pemilik lahan (37%), dan kalangan umum dari masyarakat Cepu, Blora, dan sekitarnya (47%).Sedangkan untukkegagalannya,pembuatan sumur artesi oleh PT. Pertamina-EP tetap dilakukan tanpa kompensasi ke masyarakat lokal, adanya kepentingan individual dan pertentangan daritokoh penggerak resistensi berakibat pada melemahnya konsistensi perjuangan
|
Kembali
|