Abstrak :
Sebagai salah satu bentuk hubungan interpersonal, pacaran memiliki fungsi penting bagi individu, seperti mempelajari keterampilan sosial, pengembangan pemahaman diri, dan pengelolaan konflik. Namun, dinamika pacaran tidak selalu berjalan mulus, terutama ketika hubungan tersebut memasuki fase yang tidak sehat atau dikenal dengan istilah toxic relationship. Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan adanya pengaruh media sosial, termasuk TikTok, yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan mahasiswa, khususnya di FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). TikTok, dengan kemampuannya menyajikan konten yang bersifat personal dan publik, menawarkan cara baru dalam berkomunikasi, namun di sisi lain juga dapat menjadi pemicu konflik dalam hubungan pacaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perilaku mahasiswa FISIP Unsoed yang aktif menggunakan TikTok berkaitan dengan dinamika toxic relationship dalam hubungan pacaran mereka. Melalui metode kualitatif, penelitian ini melibatkan empat narasumber yang memenuhi kriteria, yaitu mahasiswa FISIP Unsoed yang memiliki pengalaman dalam hubungan pacaran, pernah atau sedang mengalami toxic relationship, dan aktif menggunakan TikTok. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan tiga temuan utama, yaitu indikasi perilaku hubungan yang tidak sehat, peran TikTok dalam hubungan toxic, dan cara penyelesaian konflik melalui TikTok. Berdasarkan Teori Dialektika Relasional, peristiwa toxic relationship ini dapat dilihat sebagai proses akomodasi antara dialektika keterhubungan vs. kemandirian, keterbukaan vs. privasi, serta stabilitas vs. perubahan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun TikTok sering memperburuk konflik dalam hubungan toxic, platform ini juga berfungsi sebagai media untuk refleksi diri dan pemulihan emosional setelah hubungan berakhir.
|