MENU
|
|
|
| Jenis | : |
KKM
|
| Judul | : |
Prevalensi Fasciola hepatica dan Pengaruhnya terhadap Eosinofil pada Sapi yang dipotong di RPH Bantarwuni Kabupaten Banyumas.
|
| Subjek | : |
KESEHATAN
|
| Pengarang | : |
YOLANDA KURNIA PUTRI D1A015028/Pt
|
| Pembimbing | : |
drh. Sufiriyanto,M.P.;
drh. Indrasasti, M. Biotech.
|
| Prodi | : |
PETERNAKAN
|
| Tahun | : |
2019
|
| Call Number | : |
636.089 PUT p
|
| Perpustakaan | : |
Fakultas Peternakan
|
| Letak | : |
1 eksemplar di Skripsi
|
|
Abstrak :
YOLANDA KURNIA PUTRI. Penelitian ini berjudul Prevalensi Fasciola hepatica dan Pengaruhnya terhadap Eosinofil pada Sapi yang dipotong di RPH Bantarwuni Kabupaten Banyumas. Penelitian tersebut dilaksanakan di RPH Bantarwuni Kabupaten Banyumas dan di Laboratorium Kesehatan Hewan Tipe B Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pada sapi yang terinfeksi cacing Fasciola hepatica, mengetahui jumlah eosinofil pada sapi yang terinfeksi cacing Fasciola hepatica serta untuk mengetahui hubungan jumlah cacing Fasciola hepatica dan jumlah eosinofil pada sapi yang dipotong di RPH Bantarwuni Kabupaten Banyumas. Materi penelitian menggunakan 74 ekor sapi dan sampel nya ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin. Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan cacing hati adalah hati sapi potong di RPH Bantarwuni Kabupaten Banyumas, lup (kaca pembesar), pisau, pulpen, pinset dan latex (sarung tangan), sedangkan pada uji jumlah eosinofil meliputi object glass, mikroskop, zat pewarna giemsa, tabung vacum berisi antikoagulan, label, plastik zipper, ice box, es batu, darah sapi 3 cc, dan spuit injeksi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan uji laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi sapi yang terinfeksi Fasciola hepatica yang dipotong di RPH Bantarwuni adalah 47,29%, jumlah rata-rata eosinofil pada sapi yang terinfeksi cacing Fasciola hepatica sebesar 5,7% dan jumlah rata- rata eosinofil pada sapi yang tidak terinfeksi cacing Fasciola hepatica sebesar 7,6%. Sedangkan hasil absolut eosinofil pada sapi yang tidak terinfeksi adalah 651,43 sel/µ dan yang terinfeksi yaitu 504,70 sel/µ. Jumlah cacing tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah eosinofil secara relatif maupun absolut karena f tabel (4,13) lebih besar dibandingkan dengan f hitung (3,46) dan dinyatakan dengan hasil analisis persamaan regresi yaitu y= 343,48 + 3,84x. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa y merupakan variabel jumlah eosinofil, 343,48 merupakan angka konstan, 3,84 merupakan angka koefisien regresi untuk variabel jumlah cacing, sedangkan x merupakan variabel dari jumlah cacing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam tiap kenaikan satu cacing Fasciola hepatica, maka hanya memberikan jumlah eosinofil absolutnya sebesar 347,32 atau terjadi kenaikan 3,84 tiap penambahan variabel jumlah cacing.
Kata kunci : Prevalensi, Hati, Fasciola hepatica, Jumlah Eosinofil.
YOLANDA KURNIA PUTRI. The title of the study was “The Prevalence of Fasciola Hepatica and Its Effect on the Eosinophils of Slaughtered Cattle in RPH Bantarwuni of Banyumas District”. This study was conducted in Animal Health Laboratory Type B Purwokerto. This study aimed to found out the prevalence in the cattle that infected by Fasciola hepatica worm, to found out the amount of eosinophils in the cattle that infected by Fasciola hepatica worm, and to found out the relationship between the amount of Fasciola hepatica worm with the amount of eosinophils in the cattle were are cut in RPH Bantarwuni of Banyumas district. The materials of this study were 74 cattle and determined sample were calculated by using Slovin formula. The tools and the materials that used to investigate the Fasciola hepatica are the cattle’s livers in RPH Bantarwuni of Banyumas district, lup (magnifying glass), knife, pen, tweezer and latex (gloves), while in examining the amount of eosinophils there are object glass, microscope, giemsa dye, vaccum tube that consist of anti glucosan, label, plastic zipper, ice box, ice cube, 3 cc cattle’s blood, and syringe injection. This study used survey method and laboratory test. The result of the study showed that the prevalence of the cattle that infected by Fasciola hepatica that are cut in RPH Bantarwuni were 47,29%, the average of the eosinophils of the cattle that were infected by Fasciola hepatica was 5,7% and the average amount of eosinophils of cattle that were not infected by Fasciola hepatica was 7,6%. Whereas, the infected absolute result of eosinophils of the cattle that were not infected was 651,43 sel/µ and the infected cattle was 504,70 sel/µ. The amount of worm did not influence significantly to the amount of eosinophils relatively or absolutely because f table (4,13) is bigger than f amount (2,57) and it stated by the result of the regression equation y= 343,48 + 3,84x. From that equation, it can be seen that y was the variable of the eosinophils amount, 343,48 was a constant number, 3,84 was the variable of worm amount. Furthermore, it can be concluded that every increment of a worm Fasciola hepatica just gave 1342,33 an eosinophils absolute amount, or there were 3,84 reductions in every addition of worm amount variable.
Keywords : Prevalence, Liver, Fasciola hepatica, The amount of Eosinophils.
|
Kembali
|
